skip to Main Content

Seminar LGBT (Lingkungan Gaul Berakhir Tragis)

  • UAI

Manusia diciptakan hanya dua jenis kelamin laki laki dan perempuan, derajatnya sama hanya tugasnya yang berbeda” ujar Dokter Inong yang memberikan penjelasan bahaya LGBT sebagai pemicu utama  penyakit HIV dan AIDS.

Jakarta (16/04) – Isu LGBT menjadi topik hangat yang tidak bisa dienyahkan dari masyarakat begitu saja. Pembahasannya yang kian serius, mengajak kita sebagai generasi muda untuk melihat kembali  bagaimana seharusnya masyarakat menyikapi fenomena LGBT ini. LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Keberadaan kaum LGBT kerap memicu banyak perdebatan. Bahkan saat ini, para pelaku tersebut meminta agar komunitas mereka diakui keberadaannya di Indonesia. Mengusung tema tersebut Alumni Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia bekerjasama dengan KOMIK (Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi) menghadirkan seminar LGBT (Lingkungan Gaul Berakhir Tragis).  Acara ini menghadirkan pembicara pembicara hebat yang pakar di bidangnya yaitu : Dr. Dewi Inong Irana Sp.KK (Pakar Kesehatan), Ihsan Gumilar (Pakar Neuropsychology) dan Aliyah B.P Hasan (Pakar Psikologi Islam) acara ini juga di moderatori oleh ibu Soraya S.Sos.,M.Si. “Ada 5 hal : propaganda yang dilakukan scara terus menerus melalui media, dukungan badan Internasional, propaganda internasional, aturan hukum yang tidak jelas dan  dukungan oleh kalangan selebritis.” Ujar beliau ketika membuka sesi seminar.

“Manusia diciptakan hanya dua jenis kelamin laki laki dan perempuan, derajatnya sama hanya tugasnya yang berbeda” ujar Dokter Inong yang memberikan penjelasan bahaya LGBT sebagai pemicu utama  penyakit HIV dan AIDS.  Bahkan tertera dalam GBHN bahwa hubungan suami istri atau seks yang sah secara hukum agama dan Negara Republik Indonesia adalah yang hanya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Maka dapat dengan sangat sadar disimpulkan bahwa LGBT bukanlah sebuah kondisi normal yang keberadaanya patut diwajarkan oleh publik. Dampak-dampak kesehatan paling besar yang ditimbulkan di adalah 78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular. Selain itu, virus HIV akan lebih mudah untuk disebarkan melalui hubungan anal. Penelitian Koblin (2006) telah menunjukkan bahwa resiko terjadinya HIV meningkat pada pelaku intercourse secara anal.

Hal ini tentu saja mengkhawatirkan karena perilaku tersebut mengakibatkan penurunan moral, harkat dan martabat manusia dalam kehidupan nyata, baik dalam kehidupan individu, sosial, maupun dalam hubungannya dengan alam dan sang Pencipta. LGBT tanpa disadari merupakan sebuah bentuk Proxy War, yaitu bentuk perang tanpa sejata yang menyerang pola pikir dan logika masyarakat. Kualitas manusia, pemiskinan Negara, dan ketahanan keluarga maupun nasional telah dipastikan hancur secara perlahan jika isu LGBT dibiarkan.

Permasalahan LGBT dan dampak besar yang dibawanya tak berhenti hingga disitu. LGBT dalam psikologi bahkan bukan penyakit jiwa, melainkan perilaku abnormal, yang tidak patologis dalam hal fungsi keseluruhan. Pembahasan LGBT pun berlanjut dari sisi psikis dengan judul Indonesia diantara persimpangan atau penyimpangan (Neuro Psychological Prespective). Bagaimanapun perilaku menyimpang bernama LGBT harus diatasi. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti mengajak, membimbing, bahkan memaksa masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Acara ini berhasil membuka fikiran mahasiswa akan masalah serius yang dihadapi oleh fenomena LGBT, semoga dengan acara ini setiap individu mampu membentengi diri dan lingkunganya dari hal hal negative sebagai dampak dari isu LGBT.



 

Back To Top