skip to Main Content

Demonstrasi Dan Pengenalan Pakaian Tradisional Jepang Kimono

Pada tanggal 21 Januari 2014, Program Studi Sastra Jepang bekerja sama dengan The Japan Foundation Jakarta, mengadakan acara Pengenalan Pakaian Tradisional Jepang Kimono dengan mengundang mengundang Ibu Satomi Ogawa serta  Ibu Ishizaki. Sebelum menjelaskan mengenai cara mengenakan kimono, Ibu Satomi Ogawa menjelaskan mengenai apa itu kimono, bagaimana perkembangannya dan apa saja jenis – jenis dari kimono tersebut. Kimono (着物)merupakan pakaian tradisional Jepang yang secara harfiah adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (着 yaitu ki yang berarti pakai dan 物 yaitu mono yang berarti barang).

Dilihat dari perkembangannya, bahwa 300 tahun sebelum zaman Meiji, kimono berukuran sedikit lebih besar. namun, 100 tahun kemudian ukurannya berubah menjadi lebih kecil. setelah restorasi Meiji, dimana Jepang mulai terbuka dengan masuknya pengaruh barat, dalam hal berpakaian, masyarakat Jepang mulai memakai celana dan berpakaian gaya barat agar tidak dianggap kuno. Oleh karena itu, sekarang semakin sedikit orang Jepang yang memakai kimono. Sejak itu pula, muncullah istilah wafuku (和服)yang berarti pakaian gaya Jepang dan pakaian gaya barat yang di sebut dengan youfuku (洋服). Istilah ini digunakan untuk membedakan pakaian Jepang dengan pakaian barat.

Sementara itu, walaupun semakin sedikitnya masyarakat Jepang  mengenakan kimono pada zaman tersebut, masyarakat Jepang tetap ingin melestarikan kimono sebagai pakaian tradisional mereka. Maka dari itu, bagi masyarakat Jepang kimono memiliki arti penting bagi kehidupan mereka yaitu pakaian yang dipakai sebagai tahap peralihan kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.

Ibu Satomi Ogawa menjelaskan bahwa seiring dengan berkembangnya zaman, sekarang ini kimono hanya di kenakan pada saat upacara, hari – hari besar dan acara penting lainnya. Seperti upacara pernikahan, upacara hari kedewasaan dan upacara untuk merayakan pertumbuhan anak saat berusia 3, 5 dan 7 tahun. Kemudian Ibu Satomi juga menjelaskan mengenai tingkatan jenis – jenis kimono,  seperti jenis kimono yang sangat formal: tomesode dan furisode, kimono formal: homongi, iromuji, tsukesage, kimono dalam tingkatan biasa: komon dan tsumugi, dan terakhir adalah yukata yang merupakan jenis kimono yang dikenakan di rumah.

Setelah memperkenalkan tingkatan dan jenis dari kimono untuk wanita, Ibu Satomi Ogawa mendemonstrasikan kimono jenis Komon kepada seluruh mahasiswa yang hadir dibantu oleh Ibu Ishizaki. Beliau pun meminta salah satu mahasiswi untuk menjadi peraganya. Saat mendemonstrasikannya, banyak sekali tahapan dalam mengenakan kimono. Mulai dari mengenakan tabi  (kaus kaki), lalu memakai naga-juban (pakaian dalam sebelum memakai kimono). Saat memakainya ada hal utama yang perlu diperhatikan yaitu eri (kerah) bagian belakang,  bagian leher harus diperlihatkan dengan cara  memasukan satu kepalan tangan di eri. Setelah memakai naga-juban di lanjutkan dengan kimono (nagagi). Setelah itu, nagagi diikat dengan obi(ikat pinggang kain), mulai dari obi-ita, lalu diikat lagi dengan obi jenis nagoya obi , dan terakhir obi-jime sebagai tali luar dan di selesaikan dengan penggunaan obi-age. Setelah demonstrasi pemakaian kimono selesai, Ibu Satomi Ogawa juga mengajarkan bagaimana cara melakukan ojigi (hormat)  yang benar dan mengajarkan beberapa etika dan cara berperilaku yang baik selayaknya seorang wanita saat mengenakan kimono.

Setelah mendemonstrasikan kimono, Ibu Satomi Ogawa memperkenalkan Yukata, pakaian kimono ini biasa dikenakan saat melakukan hal-hal yang bersifat informal. Ibu Satomi kemudian mendemonstrasikan tata cara dan tahapan dalam memakai Yukata untuk laki-laki dengan meminta salah satu mahasiswa menjadi peraganya. Yukata yang dikenakan oleh laki-laki sangatlah mudah pengenaannya dibandingkan pada wanita. Pengenaan pada  laki-laki ini tidak perlu memakai ohashori  (tali pinggang keras) dan pengenaan obi (tali pinggang)berada di bawah pusar.

Sebelum mengakhiri acara tersebut, beliau juga menjelaskan beberapa perbedaan dan persamaan antara kimono dengan yukata. Perbedaannya, saat wanita mengenakan yukata, bagian leher (eri) diperlihatkan dan diukur dengan 3 jari, tidak memakai naga-juban, obi-jime, dan tabi (kaus kaki khusus untuk kimono) seperti di kimono.

Persamaannya, baik perempuan ataupun laki-laki saat memakai kimono atau yukata adalah sisi pakaian depan bagian kiri harus berada di atas dan sisi pakaian bagian kanan di bawah. Mengapa demikian? Karena bagian kanan yang berada di atas dicirikan hanya untuk orang yang mengenakan kimono ketika ia meninggal.

Kimono Jepang (8) Kimono Jepang (7) Kimono Jepang (6) Kimono Jepang (5) Kimono Jepang (4) Kimono Jepang (3) Kimono Jepang (2) Kimono Jepang (1)

Back To Top