Ninda Murtisari Juara Harapan 1 Lomba Pidato Bahasa Jepang The Japan Foundation Tingkat Nasional
Ninda Murtisari, mahasiswa Prodi Sastra Jepang UAI meraih Juara Harapan 1 pada Lomba Pidato Bahasa Jepang Tingkat Nasional yang diadakan oleh The Japan Foundation, pada hari Sabtu, tanggal 7 Juni 2014 di Soehanna Hall, The Energy Building, Jl. Jendral Sudirman, Jakarta.
Peserta dari lomba pidato kali ini sejumlah 14 orang dan merupakan pemenang pada lomba pidato di tingkat daerah. Kali ini Ninda yang meraih juara satu pada lomba pidato tingkat Jabodetabek (10 Mei 2014), bersama pemenang ke-2 dan ke-3 mewakili daerah Jabodetabek untuk Lomba pidato tingkat nasional. Ke-14 peserta tersebut, selain wakil dari Jabodetabek, terdiri dari wakil dari daerah Jabar, Sumatra, Jateng, Jatim, Bali, dan Sulawesi.
Tema pidato Ninda kali ini sama dengan yang dibawakannya pada tingkat Jabodetabek, yaitu “結果より経過” ”( Kekka yori Keika ) atau dalam bahasa Indonesia “Proses Lebih Penting daripada Hasil”. Pada pidatonya, Ninda menceritakan pengalamannya sendiri yang gagal untuk masuk jurusan IPA, dan terpaksa memilih jurusan budaya di SMA. Akan tetapi di tengah perjalanannya Ninda jatuh hati pada bahasa Jepang dan memutuskan untuk belajar bahasa Jepang di UAI. Ketika belajar di UAI Ninda membulatkan tekadnya untuk menjadi Interpreter. Melalui pengalaman kegagalannya, Ninda telah menemukan diri dan mimpinya yaitu menjadi interpreter bahasa Jepang! Menurut Ninda, hasil memang penting, akan tetapi proses lebih penting. Apabila kita melihat proses yang sudah kita lalui, banyak sekali hal yang kita pelajari. Bagi Ninda hasil baik adalah hadiah yang dicapai atas kerja keras pada tahap proses. Dan apabila hasil yang dicapai tidak sesuai harapan, Ninda tidak akan menyerah, justru akan dapat belajar dengan mengevaluasi kembali proses yang dilalui dan berusaha memperbaiki, serta lebih semangat lagi.
Selain berhasil menyampaikan pidatonya dengan baik dan penuh penghayatan, Ninda berhasil menjawab pertanyaan juri secara spontan, mengenai apa yang dipelajari dari kegagalan yang pernah dialaminya dan mengenai mimpinya untuk menjadi interpreter.
Menurut Ninda, ketika akan berpidato, ia merasa sangat gugup sampai-sampai telapak tangannya terasa dingin, apalagi ketika ia tahu bahwa ia mendapat urutan ke tiga. Ninda merasa prestasinya yang sekarang belum cukup, dan tidak akan berhenti atau menyerah sampai di sini, karena bagi Ninda “Proses lebih penting dari hasil” dan baginya proses yang ia jalani belum selesai. Tips untuk adik-adik kelasnya yang akan mengikuti Lomba Pidato tahun depan adalah, belajar yang giat dan latihan setiap malam. Bahkan ketika mandi pun Ninda tetap menghafal naskah pidatonya. Kalau muncul rasa malas dan jenuh, Ninda berusaha mengingat alasannya pertama kali berniat ikut lomba pidato ini. Dan alasan ikut lomba pidato ini, kata Ninda “Saya ingin membanggakan orang tua saya”.
Selamat untuk Ninda, serta terimakasih sudah mengharumkan nama Universitas Al Azhar Indonesia, dan Prodi Sastra Jepang UAI pada khususnya. Semoga banyak orang yang dapat mengambil manfaat dari isi pidato Ninda, dan termotivasi untuk mengambil kesempatan untuk belajar dan maju!