Dialog Sastra “Sastrawan Pejabat, Pejabat Sastrawan”
Sastra merupakan sebuah karya yang dapat menjadi sebuah tolak ukur dari peradaban manusia. Banyak orang yang mampu menghasilkan karya sastra yang memukau. Karya sastra tersebut tidak harus datang dari seorang sastrawan yang bekerja dari belakang meja saja. Hasil karya sastra juga dapat dihasilkan oleh seorang pejabat yang berada di pemerintahan. Dalam memberikan gambaran kepada mahasiswa, civitas akademika dan masyarakat luas mengenai karya sastra yang diciptakan oleh seorang pejabat. Fakultas Sastra Universitas Al Azhar Indonesia bekerja sama dengan Persatuan Sastra Budaya Negara Serumpun (PSBNS), Woman For Harmony Institute (WOMAHI), serta Fadli Zon Library mengadakan Dialog Sastra Sastrawan Pejabat, Pejabat Sastrawan, pada Sabtu 15, Maret 2014 di Ruang Niaga Lantai 2.
Pembicara pada dialog sastra kali ini hadir dari 3 negara yang tergabung dalam Persatuan Sastra Budaya Negara Serumpun (PSBNS) yaitu, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Sastrawan Pejabat Indonesia yang hadir sebagai pembicara dalam sesi proses kreatiff adalah M. Husseyn Umar (Mantan Pejabat Kementrian Perhubungan dan Konsultan Hukum) serta Sastri Bakry (Inspektorat Khusus Kementrian Dalam Negeri Indonesia). Dalam sesi bedah buku, hadir sebagai pembicara adalah Handoko F. Zain (Pengamat Sastra Indonesia) dan Irwan Kelana (Redaktur Harian Republika Indonesia).
Sedangkan untuk pembicara dari luar Indonesia yang menghantarkan bahasan proses kreatif hadir sebagai pembicara Ibnu Abdir-Raheem (Pegawai Daerah Belait Brunei Darussalam), serta Datuk RM Tasni (Mantan Pejabat Negara Malaysia). Dalam sesi bedah buku hadir sebagai pembicara adalah Jasni Matlani (Kepala Badan Bahasa Sabah Malaysia), Dr. M. Saleeh Rahamad (Ketua PENA Malaysia) serta Norawi Hj. Kata (Akademisi Malaysia).
Dialog sastra kali ini diadakan untuk memberikan pemahamaan kepada gambaran kepada mahasiswa, civitas akademika dan masyarakat luas mengenai proses kreatif yang dijalani oleh para sastrawan dalam menciptakan sebuah karya sastra. Mereka bukanlah orang-orang yang benar-benar bekerja dibelakang meja dalam membuat karya sastra, mereka masih memiliki kewajiban lainnya yang harus dituntaskan sebagai seorang pejabat negara. Disamping membahas bagaimana proses kreatif para sastrawan tersebut, dialog sastra kali ini juga membahas karya sastra yang dihasilkan oleh para sastrawan. Lewat pembahasan tersebut, para hadirin dapat mengetahui makna apa saja yang terdapat dalam setiap karya sastra yang telah mereka ciptakan. Semoga dialog sastra ini mampu memberikan informasi dan inspirasi bagi para peserta yang dating, terlebih lagi bagi mahasiswa dan civitas akademika UAI.